Jumat, 02 Desember 2011

CA NASOFARING

Karsinoma Nasofaring

A. Pengertian

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berlokasi di daerah faring. Hampir 60% tumor ganas pada daerah kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring.

B. Etiologi
Sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus epstein-barr. Hal ini dapat dibuktikan, bahwa pada penderita karsinoma nasofaring didapatkan titer anti virus epstein-barr cukup tinggi.

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya karsinoma nasofaring adalah letak geografi, rasial, jenis kelamin,genetik,pekerjaan, lingkungan, kebiasaan hidup, budaya, sosial ekonomi, infeksi kuman dan parasit lain.

C. Patofisiologi
Nasofaring terletak di belakang tabir langit-langit dan di bawah dasartengkorak.letak yang demkian sulit untuk diperiksa oleh orang yang bukan ahli, sehingga sering kali tumor ditemukanterlambat dan menyebabkan metastase ke leher.
Berkait dengan hal tersebut, maka gejala yang timbul pada karsinoma nasofaring cukup kompleks dan digolongkan dalam 4 kelompok yaitu:
1. Gejala nasofaring
Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung. Hal ini perlu pemeriksaan cermat seperti nasofaringoskop.

2. Gejala telinga
Letak nasofaring yaitu dekat dengan muaratuba eustakius, sehingga ganggua yang timbul dapat berupa tinitus, rasa tidak enak ditelinga bahkan kadang-kadang timbul nyeri pada telinga (otolgia).

3. Gejala mata
Nasofaring berhubungan dan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa lubang. Penjalaran dari karsinoma melalui foramen laserum akan mengenai saraf otak iii, iv dan vi. Gejala yang nampak dari gangguan tersebut adalah diplopia dan neuralgia trigeminal.

4. Gejala saraf
Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak Nervus ix, x, xi dan xii. Penderita akan mengalami kesulitan dalam mrngunyah.

D. STADIUN CA NASOFARING

Untuk penentuan stadium dipakai system TNrG menurut UICC (1992)
T : Tumor primer
To : Tidak tampak tumor
T1 : Tumor terbatas pada satu lokalisasi saja (Lateral/Posterosuperior/Atap dan Lain-Lain)
T2 : Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam rongga nasofaring
T3 : Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung Tu orofaring dsb)
T4 : Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau mengenai saraf-saraf otak
Tx : Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap

N : Pembesaran Kelenjar Getah Bening Regional
No: Tidak Ada Pembesaran
N1: Terdapat Pembesaran Tetapi Homolateral Dan Masih Dapat Digerakkan
N2: Terdapat pembesaran kontrarateral/bilateral dan masih dapat digerakkan
N3: Terdapat pembesaran baik homolateral,kontralateral walaupun bilateral yang sudah melekat Pada Jaringan Sekitar

M : Metastasis Jauh
Mo: Tidak Ada Metastasis Jauh
M1: Terdapat Metastasis Jauh

Penentuan Stadium
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1 – 3 N1 M0
Stadium IV T4 N0 – 1 M0
Semua T N2 – 3 M0
Semua T semua N M1
(Efianty A.Soepardi;2001.149)

E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan ct-scan
daerah kepala dan leher,sehingga pada tumor primer yang tersembunyi tidak akan selalu sulit ditemukan
2. Pemeriksaan serologi iga anti vca untuk infeksi virus e-b
sensitivitas iga vca adalah 97,5 % dan spesifikasi 91,8% dengan fifer berkisar antara 10-1280 dengan terbanyak fifer 160. Iga anti ea sensitivitasnya 100% tetapi spesifitasnya hanya 30%,sehingga pemeriksaan ini hanya digunakan untuk menentukan prognosis pengobatan.
3. Biopsi,dapat dilakukan dengan 2 cara:
a. Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya
b. Biopsi melalui mulut
(EFIANTY A.SOEPARDI;2001.146-147)

F. Penatalaksanaan medis
Pengobatan utama adalah radioterapi ditekankan pada penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan komputer (4000 – 6000 R). Sebagai tambahan dapat dilakukan diseksi leher, pemberian tetrasiklin,factor transfer. interferon, kemoterapi, seroferapi, vaksin dan anti virus. Sebagai terapi acuan terbaik adalah kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum sebagai inti. Diseksi leher radikal dilakukan bila benjolan dileher tidak menghilang dengan radiasi atau timbul kembali dengan syarat tumor induknya hilang.
(ARIF MANSJOER;1990,110)

G. PENCEGAHAN
• Vaksinasi
• Migrasi penduduk
• Mengubah kebiasaan hidup yang salah
• Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat
• Meningkatkan social ekonomi
• Melakukan tes serologi iga anti EA secara masal →dimasa yang akan datang
(EFIANTY A.SOEPARDI;2001.150)


H. Rencana keperawatan terintergrasi
1. Kanker
2. Kehilangan
3. Kemoterapi dan radioterapi
4. Pembedahan

I. Pengkajian data dasar
Fokus pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
gejala :
– Kelemahan dan keletihan
– Perubahan pola istirhat dan jam kebiassan tidur malam hari,adanya factor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya:nyeri,ansietas,berkeringat pada mlam hari.
– Pekerjaan/profesi dengan pemajanan konsinogen lingkungan,tingkat stress tinggi.

2. Sirkulasi
• gejala : - palpitasi, nyeri dada
• kebiasaan : perubahan TD

3. Integritas ego
- gejala :
• faktor stress (keuangan,pekerjaan,perubahan peran) dan cara mengatasi stress (missal:merokok,minum alcohol,menunda mencari pengobatan,keyakinan/religious/ spiritual)
• masalah perubahan dalam penampilan
• menyangkal diagnosis,perasaan tak berdaya,putus asa,tidak mampu,tak bermakna,rasa bersalah,kehilangan control,depresi.
- tanda : menyangkal,menarik diri,marah

4. Eliminas
- gejala :
• perubahan pada defekasi konstipsi/diare, perubahan eliminasi urin,perubahan bising usus, distensi abdomen.
- Tanda : perubahan pada kelembapan/turgor kulit,edema

5. Neurosensori
- gejala : sakit kepala,tuli,juling,eksoftalmus
6. Nyeri/kenyamanan
- gejala :
• rasa tidak nyaman ditelinga sampai rasa nyeri telinga (atalgia),rasa kaku didaerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran
7. Pernapasan
gejala :
- merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)
8. Keamanan
- gejala :
• pemajanan ada kimia toksik,karsinogen
• pemajanan matahari lama/berlebihan
- tanda :
• Demam
• ruam kulit,ulserasi
9. Seksualitas
- gejala : masalah seksualitas
- missal : dampak hubungan pada tingkat kepuasan
10. Interaksi
- gejala :
• ketidak adekuatan/kelemahan system pendukung
• riwayat perkawinan (berkenan dengan kepuasan dirumah,dukungan/bantuan)
• masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran
11. Penyuluhan/pembelajaran
- gejala : riwayat kanker pada keluarga
- missal : ibu/bibi dengan kanker payudara
- penyakit metastasis : sisi tambahan yang terlibat,bila tidak ada riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastasis
- riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan penbobatan yang diberikan

J. Diagnosa keperawatan

1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perkembangan penyakitnya, pemeriksaan diagnostik dan rencana tindakan.
2. Nyeri berhubungan dengan penekanan dan kerusakan ujung saraf bebas oleh carsinoma nasofaring.
3. Kurang efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan oleh karsinoma nasofaring.
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan makanan, sakit saat mengunya

K. Rencana tindakan

1. Cemas beruhbungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perkembangan penyakitnya, pemeriksaan diagnostikdan rencana tindakan.
Ditandai:
Data subyektif:
- Sering bertanya
- Menyatakan kurang mengerti tentang penyekitnya
- Menyatakan perasaan sering gugup dan takut.
Data obyektif:
- Ekpspresi wajah tegang
- Tensi, nadi meningkat
- Kadang-kadang berkeringat dingin
Kriteria evaluasi
- Menyatakan pemahaman tentang penyakitnya, rencana tindakan dan pemeriksaan diagnostik
- Menyatakan tidak gugup dan takut
- Ekspresi wajah rileks
- Tensi, nadi dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang:
- sifat penyakit dan perjalannannya
- pemeriksaan diagnostik meliputi:
tujuan, prosedur kerja, persiapan sebelum pemeriksaan dan perawatan setelah pemeriksaan.
- Tindakanyang diprogramkanmeliputi: efek samping dari radioterapi dan kemoterapi.
2.ikut sertakan orang- orang yang berarti bagi pasien dalam setiap tindakan atau penyuluhan untuk memberi dukungan
.
3. Pertahankan kontrol nyeri yang efektif. Mengetahui apa yang diharapkan dari tindakan medis dapat membantu kepatuhan pasien dan membantu menurunkan cemas yang berhubungan dengan tindakan medis.


Sistem pendukung yang kuat penting dalam membantu individu secara efektif mengatasi masalah dengan penyakit kronis.


Nyeri dapat mencetuskan cemas.

2. Nyeri berhubungan dengan penekanan dan kerusakan ujung saraf bebas oleh karsinoma nasofaring.
Ditandai
Data subyektif:
- Menyatakan nyeri
Data obyektif:
- Raut muka menyeringai
- Perilaku berhati-hati
- Perilaku mengalihkan: menangis, merintih
Krietria evaluasi:
- Tidak lagi menyatakan nyeri
- Ekspresi wajah rilkes.

Intervensi Rasional
1. Untuk menimalkan nyeri:
- Membalik dengan hati-hati dan beri dukungan
- Hindari gerakan kepala yang mendadak.
- Ubah posisi setiap 2 jam.
- Lakukan teknik relaksasi.

2.kolaboratif dalam pemberian analgetik Metastase karsinoma pada beberapa organ dapat menyebabkan nyeri yang hebat. Gerakan yang mendadak dan sentuhan dari orang lain dapat menimbulkan rasa nyeri.



Kontrol nyeri pada pasien karsinoma sering menggunakan narkotik dosisi tinggi..

3. Kurang efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan tersumbatnya atau benjolan pada nasofaring.
ditanadi:
Data subyektif:
- Menyatakan kesulitan untuk bernafas.

Data obyektif:
- Sesak nafas
- Frekwensi nafas > 20 x/menit
- Nampak kebiruan
Kriteria evaluasi:
- Frekwensinafas 12- 20 x/menit
- Warna kulit normal

Intervensi Rasional
1. Pantau :
- Status pernafasan tiap 2 jam.
- Hasil pemeriksaan paru-paru dan analisa gas darah.

2. Ketika terjadi dispnea:
- Berikan oksigen tambahan.
- Implementasikan tindakan untuk mengurangi cemas.
- Membantu pasien agar merasa dalam keadaan terkontrol : temani pasien dan intruksikan untuk bernafas perlahan-perlahan.
- Pertahankan posisi tegak.

3. Siapkan pasien untuk trakheostomi. Untuk mengidentifikasi indikasi perkembangan dan penympangan dari hasil yang diharapkan.


Membantu menurunkan upaya untuk bernafas dengan meningkatkan jumlah oksigen ke jaringan.
Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh dengan menurunkan tekanan abdomen.


4 Perubahan nutrisi:kurang darti kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang adekuatnya asupan makanan, sakit saat mengunyah.
Ditandai:
Data subyektif:
- Mengemukakan tidak nafsu makan, sakit saat mengunyah.
- Kadang-kadang mual

Data obyektif:
- Bb menurun
- Kulit kering
- Turgor kurang baik
- Tampak lemas.

Kriteria evaluasi
- Tidak terjadi penurunan bb
- Turgor kulit baik
- Tampak segar


Intervensi Rasional
1. pantau:
- Masukan makanan
- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
- Timbang bb setiap minggu

2.lakukan kontrol terhadaprasa nyeri.

2. Ciptakan suasana lingkungan yang menyenangkan dan bebas dari bau selama waktu makan.

4. Lakukan pemasangan infus. Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.



Nyeri sebagai pencetus penurunan nafsu makan.

Bau-bauan dan pemandangan yang tidak menyenagkan selama waktu makan dapat menimbulkan anoreksia.

Dengan cairan infus sebagai masukan nutrisi secara parenteral.

Daftar pustaka

Capernito l.j., (1997). Nursing diagnosisi, jb lippincort, philadelpia.

Doenges m. At al, (1993). Medical-surgical, f.a. davis, philadelpia.

Joyce m.b., estner m.j., (1993). Medical surgical, wb saunders company, philadelpia.

-----------(1988), buku ajar diare untuk pendidikan keperawatan, depkes ri, jakarta.

Doenges m.e., (1992). Nursing care planes, f.a.davis caompany, philadepia.

Lukman and soensen’s, (1993), medical surgical nursing, w.b. saunders, philadepia.

Barbara engram, (1998). Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. Egc, jakarta.

Tucker m.s., (1998). Standar perawatan pasien. Egc. Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (2000). Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi kekempat. FKUI : Jakarta.





FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


Ruang : -
Pengkajian diambil tanggal : -
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : - No. Regester :…………………
Umur : -
Jenis Kelamin : -
Suku/Bangsa : -
Agama : -
Status Marieta : -
Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Bahasa yang digunakan : -
Alamat : -
Kiriman dari : -
Tanggal MRS : ...... Jam…………..…. WIB.
Cara Masuk : -
Diagnosa Medis : Ca Nasofaring
Alasan Dirawat : -
Keluhan Utama : -.
Upaya yang telah dilakukan : -.
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :………………………….…………..

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tahun 1999 klien pernah mengalami stroke

2) Riwayat Penyakit Sekarang
Telinga kiri terasa buntu/hingga peradangan. Timbul benjolan di leher kanan dan kiri sejak 3 bulan yang lalu,mual

3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini.

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih
5) Riwayat Kesehatan Lainnya
Alat bantu yang dipakai : ………………………………………………..

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum : baik

2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 98 X/menit
Tekanan darah : 140/90 mmHg.
Respirasi : 26 x/menit
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 26 x/menit, Irama teratur, adanya cuping hidung, terlihat Cyanosis, adanya keringat dingin pada dahi, tidak terdengar suara nafas tambahan, dentuk dada simetris.Hasil foto Thorax PA Cor/pulmo tidak ada kelainan.

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 90 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 140/90 mmHg, Suhu 36,8 0C, perfusi hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
Persepsi Sensori :
Pendengaran :
Penciuman :
Pengecapan :
Penglihatan :
Peradaan :

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning

(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, Rectum normal, klien buang air besar 1 X/hari.

(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas/terbatas
Parese ada/tidak, Paralise ada/tidak, Hemiparese ada/tidak,
Ekstrimitas :
Atas :
Bawah :
Tulang Belakang :
Warna kulit :
Akral :
Turgor :
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus

(7) Sistem Endokrin
Terapi hormon :
Karakteristik sex sekunder :
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :
Hipoglikemia
Polidipsi
Poliphagi
Poliuri
Postural hipotensi
kelemahan

Pola aktivitas sehari-hari
(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Pada pasien diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.

(3) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan lancar, Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning. Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.

(4) Pola tidur.dan Istirahat
Adanya poliuri dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan. Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.

(5) Pola Aktivitas dan latihan
Adanya diabetik dan Ca. nasofaring menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan. Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya beristirahat di Rumah Sakit sambil menunggu rencana operasi.

(6) Pola Hubungan dan Peran
Ca nasofaring yang sukar sembuh menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.

(7) Pola Sensori dan Kognitif
Pasien dengan diabetes cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.

(8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(9) Pola Seksual dan Reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di rumah sakir klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.

(10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif. Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan kemoterapi/sitostatika. karena kurangnya pengetahuan.

(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta ca nasofaring tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 1 X/minggu.

Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan operasi.

Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya mahal.

Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Kristen, ajaran agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh gereja di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya

DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal...bulan...tahun
- Hb : 15,8 mg/dl (>13,4 mg/dl)
- Leukosit : 11,5 ribu/µ (4-11 ribu/µ)
- Albumin : 4,1 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl)
- SGOT : 10,2 ( kurang 29 )U/L
- SGPT : 13,5 U/L
- Bilirubin Direk : 0,31 (< 0,25) - Bilirubin Total : 1,01 (< 1,00) - Alkali Phospatase : 148 - Cholesterol Total : 148,8 (< 200) - Trigliserida : 81,4 (< 200) - HDL Cholesterol : 30 (> 35
- LDL Cholesterol : 101 (< 130)
- Ureum/BUN : 13,8 mg/dl (10 – 20)
- Serum Creatinin : 1,16 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)
- Uric Acid : 4,1 (L : 3,4 – 7,0 P : 2,4 – 5,7)
- Glukosa puasa : 300 mg/dl (< 126 mg/dl)
- Glukosa 2 jam pp : 463 mg/dl (< 140 mg/dl)

Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal ....bulan...tahun
- Gula darah acak : 178 mg/dl (< 140 mg/dl)

Hasil pemeriksaan Patologi tanggal ...bulan...tahun
Mikroskopik
- Jaringan nasofaring hiperplastik, tidak tampak tanda-tanda keganasan
- Jaringan nasofaring dengan infiltrat luas undiff. Epidermoid carcinoma, WHO type 3.
- Kesimpulan : Nasofaring kiri, biopsi undiff. Epidermoid carcinoma, WHO type 3.

Hasil pemeriksaan CT Scan tanggal...bulan...tahun
Terlihat gambaran massa daerah nasopharynx mengenai atap serta dinding kanan kiri. Batas anterior mencapai cavum nasi bagian posterior. Sisi kanan juga terlihat ada cairan dalam sinus maxillaris kanan suspect merupakan perluasan tumor tersebut. Belum terlihat ada invasi tumor ke intracranial. Perluasan ke lateral, kanan kiri sampai di musculus pterygoideus tetapi belum mengadakan infiltrasi pada musculus tsb. Pada infiltrasi intracranial.
Kesimpulan : Gambaran tumor nasopharynx

Hasil pemeriksaan Radiologi tanggal...bulan...tahun
Thorax PA
Cor / pulmo tidak ada kelainan.



TERAPI :
Tanggal 22 April 2002
- Infus RL/D5%
- Inj Actrapid 16 UI ¼ jam sebelummakan.
- Copar 6 X 1 Tab/hari
- Inj Xylo Della 2 : 2 Im
- Inj Novoban 1 Amp
- Inj Carbocin 450 mg dalam Inf D5% 100 cc drip  habis dalam 6 jam.
Tanggal 23 April 2002
- Inj Curasil (5 FU) 1000mg dalam 100 cc D5% drip  habis dalam 30 menit.
Tanggal 25 April 2002
- Inj Bleocyn 30 mg dalam 100 cc RL drip  habis dalam 30 menit.



ANALISA DAN SINTESA DATA

1 DATA
DO :
- Ekpspresi wajah tegang.
- Nadi : 98 X/menit
- Kadang-kadang berkeringat dingin

DS : -

Etiologi :
- Kurangnya pengetahuan tentang perkembangan penyakitnya, pemeriksaan diagnostikdan rencana tindakan.

MASALAH :
- Cemas
2. DATA :
DO :
- Raut muka menyeringai
- Pasien kadang merintih dan menangis

DS : -

ETIOLOGI :Penekanan dan kerusakan ujung saraf bebas

MASALAH : Gangguan rasa nyaman nyeri


3. DATA
DO :
- BB menurun
- Turgor kulit menurun
- Tampak lemas

DS : -

ETIOLOGI : Intake makanan yang kurang.

MASALAH : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


4. DATA
DO:
- Sesak nafas
- RR = 26 x/menit
- Nampak kebiruan

DS : -

ETIOLOGI : Tersumbatnya atau benjolan pada nasofaring

MASLAH : Gangguan bersihan jalan nafas .


II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perkembangan penyakitnya, dan pemeriksaan diagnostikdan rencana tindakan yang ditandai dengan :
- Ekpspresi wajah tegang.
- Nadi : 98 X/menit
- Berkeringat dingin pada dahi

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Penekanan dan kerusakan ujung saraf bebas yang ditandai dengan :
- Raut muka menyeringai
- Pasien kadang merintih dan menangis

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake makanan yang kurang ditandai dengan :
- BB menurun
- Turgor kulit menurun
- Tampak lemas

4. Gangguan bersihan jalan nafas berhubungan dengan tersumbatnya atau benjolan pada nasofaring yang ditandai dengan :
- Sesak nafas
- RR = 26 x/menit
- Nampak kebiruan

PERENCANAAN INTERVENSI

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perkembangan penyakitnya, dan pemeriksaan diagnostikdan rencana tindakan yang ditandai dengan :
- Ekpspresi wajah tegang.
- Nadi : 98 X/menit
- Berkeringat dingin pada dahi

tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak merasa cemas dengan kriteria hasil :
- Menyatakan pemahaman tentang penyakitnya, rencana tindakan dan pemeriksaan diagnostik
- Menyatakan tidak gugup dan takut
- Ekspresi wajah rileks
- Tensi, nadi dalam batas normal

intervensi :
1. Berikan informasi tentang:
- sifat penyakit dan perjalannannya
- pemeriksaan diagnostik meliputi:
tujuan, prosedur kerja, persiapan sebelum pemeriksaan dan perawatan setelah pemeriksaan.
-Tindakanyang diprogramkanmeliputi: efek samping dari radioterapi dan kemoterapi.
2. Ikut sertakan orang- orang yang berarti bagi pasien dalam setiap tindakan atau penyuluhan untuk memberi dukungan.
3. Pertahankan kontrol nyeri yang efektif.

Rasiaonal :
1. Mengetahui apa yang diharapkan dari tindakan medis dapat membantu kepatuhan pasien dan membantu menurunkan cemas yang berhubungan dengan tindakan medis.
2. Sistem pendukung yang kuat penting dalam membantu individu secara efektif mengatasi masalah dengan penyakit kronis.
3.Nyeri dapat mencetuskan cemas.

Diagnosa 2:
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Penekanan dan kerusakan ujung saraf bebas yang ditandai dengan :
- Raut muka menyeringai
- Pasien kadang merintih dan menangis
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil :
- Tidak lagi menyatakan nyeri
- Ekspresi wajah rilkes.
Intervensi :
1. Untuk menimalkan nyeri:
A. Membalik dengan hati-hati dan beri dukungan
B. Hindari gerakan kepala yang mendadak.
C. Ubah posisi setiap 2 jam.
D. Lakukan teknik relaksasi.

2.kolaboratif dalam pemberian analgetik

Rasional :
1. Metastase karsinoma pada beberapa organ dapat menyebabkan nyeri yang hebat. Gerakan yang mendadak dan sentuhan dari orang lain dapat menimbulkan rasa nyeri.
2. Kontrol nyeri pada pasien karsinoma sering menggunakan narkotik dosisi tinggi..

Diagnosa 3 :
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake makanan yang inadekuat ditandai dengan :
- BB menurun
- Turgor kulit menurun
- Tampak lemas

Tujuan :
Setelah dilakukan askep selama 3×24 jam klien menunjukan status nutrisi adekuat dengan kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan bb
- Turgor kulit baik
- Tampak segar

Intervensi :
1. pantau:
- Masukan makanan
- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
- Timbang bb setiap minggu

2. Lakukan kontrol terhadaprasa nyeri.

3. Ciptakan suasana lingkungan yang menyenangkan dan bebas dari bau selama waktu makan.

4. Lakukan pemasangan infus

Rasional :
1. Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.


2. Nyeri sebagai pencetus penurunan nafsu makan.

3. Bau-bauan dan pemandangan yang tidak menyenagkan selama waktu makan dapat menimbulkan anoreksia.

4. Dengan cairan infus sebagai masukan nutrisi secara parenteral.

Diagnosa 4 :
Gangguan bersihan jalan nafas berhubungan dengan tersumbatnya atau benjolan pada nasofaring yang ditandai dengan :
- Sesak nafas
- RR = 26 x/menit
- Nampak kebiruan.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas terpenuhi dengan Kriteria hasil :
- Frekwensinafas 12- 20 x/menit
- Warna kulit normal

Intervensi :
1.Pantau :
- Status pernafasan tiap 2 jam.
- Hasil pemeriksaan paru-paru dan analisa gas darah.

2.Ketika terjadi dispnea:
- Berikan oksigen tambahan.
- Implementasikan tindakan untuk mengurangi cemas.
- Membantu pasien agar merasa dalam keadaan terkontrol: temani pasien dan intruksikan untuk bernafas perlahan-perlahan.
- Pertahankan posisi tegak.

3.Siapkan pasien untuk trakheostomi

Rasional :
1.Untuk mengidentifikasi indikasi perkembangan dan penympangan dari hasil yang diharapkan.


2.Membantu menurunkan upaya untuk bernafas dengan meningkatkan jumlah oksigen ke jaringan.

3.Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh dengan menurunkan tekanan abdomen.